Minggu, 31 Oktober 2010

Kecoa Lahir Di Luar Angkasa.,.


MOSKOW - Seekor kecoa yang pernah hidup lama di luar angkasa berhasil membiakkan 30 anak dan cucu secara normal. Kecoa-kecoa induk tersebut pernah menghabiskan waktu selama 12 hari di orbit.

Dilansir melalui AFP, Jumat (16/5/2008), kecoa bernama Nadezhda telah berhasil melahirkan 30 keturunannya sejak kecoa induk itu tinggal di laboratorium luar angkasa bernama Foton-M di Rusia pada bulan September lalu dan sempat menikmati kehidupan di orbit.

"Tidak seperti anak-anak Nadezhda yang menunjukkan kedewasaan dengan cepat dan melebihi kecoa normal karena induknya pernah tinggal di orbit, para cucu Nadezhda ternyata mampu tumbuh sebagaimana kecoa normal di bumi," ujar ilmuwan dari Akademi Kedokteran Voronezh Dmitry Atyakshin.

Kecoa-kecoa ini, lanjut Atyakshin, merupakan keturunan kecoa yang pernah tinggal di luar angkasa dalam masa kehamilannya dan melahirkan beberapa saat setelah kecoa tersebut kembali ke bumi.

Kecoa paling induk (nenek) merupakan salah satu binatang yang pernah diujicobakan di luar angkasa untuk mengetahui daya tahan mereka di luar angkasa. Padahal kecoa bukanlah habitat yang cocok untuk berada di luar angkasa dalam waktu lama. Dengan demikian penelitian ini juga menunjukkan jika atmosfir luar angkasa hanya berpengaruh sesaat pada pertumbuhan sebuah generasi dan tidak berlanjut selamanya. sumber:www.okezone.com
Get $6.00 Welcome Survey After Free Registration!

Rabu, 27 Oktober 2010

Jin Diadukan ke Pengadilan


Diperbaharui pada: 13 Juli, 2009 - Published 05:21 GMT


Email kepada teman Versi cetak
Jin diadukan ke pengadilan

Satu keluarga di Arab Saudi menyeret satu "jin" ke pengadilan dengan tuduhan mencuri dan melakukan pelecehan.

Surat kabar Al Watan menyebutkan, mereka menuduh jin itu mengancam mereka, melemparkan batu dan mencuri telepon seluler.

Keluarga itu telah tinggal di rumah sama dekat kota Madinah selama 15 tahun namun mereka baru-baru ini sadar akan adanya jin tersebut.

Mereka sekarang telah keluar dari rumah tersebut.

Sebuah pengadilan lokal sedang menyelidki kasus ini.

Dalam teologi Islam, jin adalah mahluk halus yang dapat mengganggu atau masuk ke tubuh manusia.

'Keluar dari rumah'

"Kami mulai mendengarkan suara-suara aneh," kata kepala keluarga itu yang datang dari Mahd Al Dahab, kepada harian di Arab Saudi itu.

Kepala keluarga itu tidak mau disebut namanya.

"Pertama-tama kami tidak menganggapnya serius, namun ketika suara aneh itu mulai terjadi dan anak-anak ketakutan ketika jin itu mulai melemparkan batu," katanya.

Dia menambahkan, "Pertama, suara seorang wanita berbicara kepada saya dan kemudian seorang pria. Mereka bilang kami harus keluar dari rumah."

Pengadilan lokal berusaha memeriksa kebenaran klaim itu "meskipun sulit" melakukannya.

Banyak orang Barat tahu istilah jin dari cerita Aladin dan lampu ajaib atau sinetron tahun 1960-an I Dream of Jeannie.

Namun wartawan BBC Sebastian Usher menyebutkan, jin-jin ini dalam kepercayaan Islam bisa lebih berbahaya.

Mereka diyakini tidak terlihat namun dengan kemampuan untuk menyerupai manusia dan hewan, dan sering dikatakan bertindak dengan motif pembalasan dendam atau cemburu.

Dinosaurus Baru Ditemukan


Spesies dinosaurus "aneh" yang berbulu, tapi tidak bisa terbang memunculkan pertanyaan soal evolusi burung.

Fosil dinosaurus "aneh" itu ditemukan di Cina.

Spesies Epidexipteryx berasal dari zaman sebelum burung mengalami evolusi.

Epidexipteryx sangat mirip burung, dengan empat bulu ekor panjang mirip pita, yang mungkin hanya untuk hiasan.

Meski demikian, mahluk seorang merpati tidak memperlihatkan bulu-bulu terbang yang seperti yang terlihat pada dinosaurus milik burung lain, demikian laporan yang dimuat di jurnal ilmiah, Nature.

Temuan ini menekankan keragaman spesies yang ada di masa Jurrasic Tengah hingga Akhir, tepat sebelum burung muncul.

Fosil itu digambarkan oleh tim pakar palaeontologi yang dipimpin oleh Fucheng Zhang dan Xing Xu dari Akademi Sains Cina.

Dr Angela Milner, pakar pada Natural History Museum, London, mengatakan: "
Fosil yang sangat utuh itu merupakan temuan yang mendebarkan dan sama sekali tidak diperkirakan."

"Fosil menunjukkan bulu-bulu itu mungkin dipergunakan untuk hiasan selama berjuta-juta tahun sebelum berubah untuk terbang," katanya.

"Ini membirkan bukti yang mengagumkan mengenai eksperimen evolusi dengan bulu yang berlanjung sebelum dinosaurus kecil mengudara dan menjadi burung," tambahnya.

Misteri

Penemuan ini memperbesar kompleksitas sejarah awal zaman ketika dinosaurus kecil berkaki dua pemakan daging berevolusi menjadi burung.

Banyak fosil dinosaurus berbulu telah digali di situs fosil yang kini terkenal di Provinsi Laioning, Cina. Di antaranya, burung tertua yang diketahui, Archaeopteryx, yang hidup sekitar 125 juta tahun silam.

Epidexipteryx adalah anggota tuna terbang primitif kelompok avialae clade, yang hidup sebelum Archaeopteryx.

Fosilnya ditemukan di hamparan Daohugou, di Nincheng County, Mongolia Dalam, di lapisan yang berasal dari masa sekitar 168-152 juta tahun silam.

Analisis Phylogenetic analysis mengindikasikan, spesies itu anggota "silsilah aneh" yang dikenal sebagai scansoriopterygidae (berarti "sayap panjat").

Para penulis laporan juga mencatat, spesies itu menunjukkan "gabungan karakteristik yang tidak diduga" yang terlihat pada beberapa kelompok theropoda - dinosaurus berkaki dua, yang akhirnya menurunkan burung.

Dr Graham Taylor dari Oxford University mengatakan: "Fosil ini merupakan yang terbaru yang muncul dari Cina, tapi sangat menarik karena dua alasan."

Pertama, sementara dinosaurus berbulu lain berasal dari masa setelah munculnya burung pertama yang diketahui, fosil ini tampak lebih dekat dari segi umur, sehingga membuka membuka jendela baru terhadap peristiwa-peristiwa evolusi transisi kritis dari dinosaurus menjadi burung.

"Kedua, spesies ini memiliki seperangkat bulu ekor hias yang indah, yang mengindikasikan bulu-bulu itu dipergunakan untuk pamer sebelum dipergunakan untuk terbang," kata Dr Taylor.

Korban jiwa Merapi masih bertambah
Warga dan relawan berusaha mengevakuasi korban letusan Gunu Merapi

Warga dan relawan berusaha mengevakuasi korban letusan Gunu Merapi

Jumlah korban meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi pada Selasa (27/10) petang bertambah menjadi 29 orang, kata pejabat rumah sakit di Yogyakarta.

Empat korban meninggal hari Rabu, kata Kepala Bagian Hukum dan Humas RS Dr Sardjito, Trisno Heru Nugroho, seperti dikutip kantor berita Antara.

Menurut dia, penyebab utama meninggalnya keempat korban tersebut adalah akibat luka bakar serius.

Gunung Merapi meletus dan memuntahkan awan panas sejak Selasa sore (26/10).

Sementara itu, Palang Merah Indonesia (PMI) mengirimkan bantuan untuk korban letusan Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah serta korban tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat.

Sedikitnya 14.000 warga penduduk di sekitar Gunung Merapi yang terletak di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut mengungsi ke tempat-tempat yang lebih aman. Salah satu kamp terbesar adalah di kawasan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mengenai penanganan korban, pemerintah Kabupaten Sleman dan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak menentukan batas waktu untuk tanggap bencana letusan Gunung Merapi.

"Terkait dengan upaya penanggulangan bencana Merapi, kami belum menentukan batasan waktunya," kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X di Posko Utama Penanggulangan Bencana Merapi di Pakem, Sleman, hari Rabu.

Rabu, 20 Oktober 2010

Pengaturan berita oleh negara


Seorang jendral Militer mengundang para wartawan guna memberi arahan apa yang boleh diberitakan dan apa yang tidak boleh diberitakan.

"Berita Suksesi tidak boleh ditulis, Presiden tidak suka. Pemogokan buruh, jangan ditulis, nanti terjadi konflik. Berita korupsi tidak boleh dipolitisir, wibawa pemerintah rusak. Monopoli tidak boleh menyebut keluarga Presiden, itu tidak etis. Politik tidak boleh memihak rakyat, nanti resah. Kenaikan harga tidak boleh dijadikan berita utama, rakyat nanti marah."

Seorang wartawan muda yang tidak sabar lalu menyela, "Kalau begitu, Jendral, apa yang boleh kami beritakan?"

Si Jendral menjawab dengan tenang, "Kalian beritakan apa yang barusan saya ucapkan!"